Kamis, 27 Oktober 2016

PERBEDAAN AKUNTANSI YAYASAN ( NIRLABA) DENGAN AKUNTANSI PERUSAHAAN (KOMERSIAL)

PERBEDAAN AKUNTANSI YAYASAN ( NIRLABA) DENGAN AKUNTANSI PERUSAHAAN (KOMERSIAL)

Beberapa perbedaan mendasar antara Yayasan dengan Perusahaan yaitu:
a. Modal atau Kekayaan
b. Keuntungan
c. Pendapatan
d. Biaya
(Pahala Nainggolan 2005:4)

Adapun penjelasan dari perbedaan di atas adalah sebagai berikkut:
a. Modal atau Kekayaan
Modal atau kekayaan perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Untuk itu seorang atau lebih bersedia memberikan hartanya sebagai modal awal dalam perusahaan. Sedangkan Yayasan bergiat dalam bidang sosial dan oleh karenannya tidak bertujuan mencari keuntungan. Pendiri yayasan atau organisasi akan membiayai kegiatan permulaan organisasi. Setelah organisasi memperoleh badan hukum maka segala kekayaan atau asset sebagai modal organisasi. Dalam Yayasan modal dikenal dengan istilah Aktiva bersih.

b. Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat diklaim oleh pemiliknya berdasarkan porsi kepemilikan dalam modal. Dalam Yayasan tidak memperbolehkan keuntungan dibagikan kepada siapapun.

c. Pendapatan
Perusahaan memfokuskan diri pada usaha penciptaan pendapatan dengan menggunakan sumber daya yang ada (hartanya). Pendapatan yang diperoleh bisa berasal dari kegiatan yang memang sudah direncanakan untuk diterjuni atau bahkan datang dari sumber lain yang tidak direncanakan sebelumnya. Pendapatan pada Yayasan bervariasi jauh lebih luas. Pada dasarnya Yayasan memiliki pendapatan yang harus dikategorikan berdasarkan ada tidaknya pembatasan atau restriksi dari sumber pendapatan itu sendiri.

d. Biaya
Pada perusahaan biaya hanya dikategorikan dalam biaya yang langsung berhubungan dengan produksi barang atau jasa dan biaya yang tidak langsung berhubungan disebut biaya lain. Sedangkan pada Yayasan biaya diklasifikasikan atas biaya yang terkait dengan program atau kegiatan organisasi sesuai dengan tujuan pendiriannya dan biaya pendukung bagi kegiatan program.


Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis laporan keuangan sebagai berikut:
1.   Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
2.   Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
3.   Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
4.   Catatan atas laporan keuangan

Dari keempat jenis laporan tersebut, dapat dicermati bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba mirip dengan organisasi bisnis, kecuali pada 3 hal utama, yaitu:
a. Komponen laporan posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki beberapa keunikan bila dibandingkan dengan komponen laporan keuangan organisasi bisnis. Hal ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
b. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi umumnya terletak pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis dalam satu periode. Sementara itu, informasi sentral dalam laporan aktivitas terletak pada perubahan aset neto yang dikelola oleh organisasi nirlaba. 
c. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas sebagaimana layaknya organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki oleh entitas manapun. Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan dengan aset neto yang akan disajikan pada laporan aktivitas. Aset neto tersebut terdiri dari tiga jenis, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
a.        Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan tersebut terikat, itu berarti sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya oleh penyumbang untuk tujuan tertentu. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
b.  Aset neto terikat temporer adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Pembatasan penggunaan ini bisa ditetapkan oleh donatur maupun oleh organisasi nirlaba itu sendiri (misal: untuk melakukan ekspansi, atau untuk membeli aset tertentu).
c.  Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya dipertahankan secara permanen. Namun demikian, organisasi nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut. Contoh aset jenis ini adalah dana abadi, warisan, maupun wakaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar