Jumat, 18 November 2011

Pemasangan Instalasi Listrik Rumah Tinggal Tipe 54

Denah Rumah Tipe 54


Diagram Satu Garis Rumah Tipe 54

Diagram Pengawatan Rumah Tipe 54

Diagram Pemipaan Rumah Tipe 54

Diagram 1 Garis, 1 Fasa 2 Group

Daftar Rekapitulasi Daya

Tips Menghitung Anggaran Biaya Software Development/Engineering

Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman dan pertanyaan dari beberapa teman yang meminta tips dalam penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) untuk proyek-proyek Software Engineering/Development.
Sebenarnya sih tips-nya mudah saja. Tinggal hitung setiap komponen operasional yang harus dikeluarkan selama masa pra, pelaksanaan dan pemeliharaan proyek.
Dari total nilai biaya operasional tinggal hitung berapa batas keuntungan (profit margin) minimum yang harus kita dapatkan.
Mengapa yang harus kita dapatkan? Kenapa bukan yang kita inginkan saja?
Berikut ini penjelasan bagaimana menyusun sebuah rencana anggaran biaya yang proporsional, baik untuk kita maupun klien.

Secara umum dalam pelaksanaan proyek rekayasa perangkat lunak, komponen biaya dibagi atas dua bagian besar yaitu:

  • Biaya Personil Biaya personil adalah komponen-komponen biaya yang dikeluarkan untuk membayar honor dan gaji tim kerja yang bekerja dengan kita. Hitung komponen biaya berdasarkan kesepakatan dengan anggota tim, apakah akan berdasarkan orang-jam/man-hour, orang-hari/man-day atau orang-bulan/man-month.
    Masukkan seluruh anggota tim kerja dari mulai Manajer Proyek sampai Office-boy yang membantu kelancaran pekerjaan tim.
    Jangan lupa sepakati mengenai pajak penghasilan dari anggota tim kerja kita. Jika mereka tidak mau dipotong, kita harus memasukkan komponen pajak tersebut dalam RAB.
  • Biaya Nonpersonil Biaya nonpersonil adalah komponen-komponen biaya yang harus dikeluarkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan proyek.
    Komponen-komponen biaya tersebut antara lain:
    • Biaya Transportasi Hitung kebutuhan transportasi baik untuk di dalam kota maupun luar kota.
      Untuk transportasi dalam kota dapat menggunakan perhitungan estimasi harga per liter premium untuk per lima kilometer jarak.
      Misalkan kantor klien terletak kira-kira 10 kilometer dari kantor kita.
      Maka untuk sekali berangkat per orang pulang pergi dari kantor kita ke kantor klien adalah sebesar (10 (km) / 5 (km) X 2) X 4500 (harga 1 liter premium) X 1 (orang yang berangkat) = Rp 45.000,-
      Sedangkan untuk perjalanan luar kota bisa gunakan harga tiket angkutan umum dan harga sewa mobil untuk 24 jam ditambah biaya bahan bakar.
      Perkirakan berapa kali akan diadakan pertemuan dengan klien secara maksimal untuk survey, konsultasi, presentasi dan pelatihan.
    • Biaya Allowance Penugasan Luar Kantor Pada saat berangkat untuk penugasan luar kota tentunya ada biaya tambahan untuk kita maupun tim kerja yang ditugaskan.
      Untuk menghitung biaya allowance ini dapat menggunakan contoh sebagai berikut:
      • Uang makan 3 kali sehari Rp 90.000,- (jika penugasan luar kota)
      • Biaya komunikasi sehari Rp 15.000,-
    • Biaya Rutin
      Biaya rutin adalah ongkos-ongkos yang harus dikeluarkan rutin selama kegiatan berlangsung seperti telepon, sambungan internet, korespondensi, listrik, air, gas, keamanan, pemeliharaan, dsb.
    • Biaya Pemanfaatan Peralatan dan Sewa Biaya pemanfaatan peralatan/sewa adalah ongkos-ongkos yang harus dikeluarkan seperti sewa ruangan (kerja/produksi, presentasi dan pelatihan), komputer, printer, kendaraan, dsb.
      Masukkan seluruh komponen tersebut sekalipun tidak disampaikan kepada klien karena biasanya mereka menolak untuk membayar beban-beban tersebut.
      Triknya bisa dengan membebankan nilainya pada komponen biaya nonpersonil lainnya.
    • Biaya Belanja Barang Pakai Habis Biaya belanja barang pakai habis adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli barang-barang seperti kertas, alat tulis kantor, tinta printer, disket, CD/DVD, dsb.
    • Biaya Penyusunan Laporan Biaya penyusunan laporan adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan laporan kegiatan dan modul user manual dari aplikasi perangkat lunak yang kita bangun. Perkirakan berapa biaya yang habis untuk kerja orang yang mengetik dan mengeditnya, pencetakan, pemaketan dan pengirimannya.
Setelah seluruh komponen tersebut dihitung, waktunya untuk menetapkan batas laba yang harus kita dapatkan.
Saya menekankan kata harus karena melalui laba kita dapat meningkatkan kapitalisasi modal kita, membayar biaya pra proyek (marketing, publikasi, dsb), menambah aset kita, dll.
Karena itu biaya-biaya tersebut harus kita hitung dan masukkan dalam target batas laba yang harus kita dapatkan.
Setelah kita jumlahkan antara nilai biaya operasional dan target batas laba, tambahkan dengan prosentase bunga berjalan dari nilai kapital tersebut.
Mengapa hal tersebut harus dilakukan?
Anggap saja bahwa uang kita harus meminjam dari bank untuk membiayai operasional pelaksanaan proyek tersebut. Tentunya ada bunga dan biaya administrasi yang bisa mereduksi target batas laba yang harus kita dapatkan.
Untuk itu tambahkan prosentase bunga pinjaman dari bank per bulan pada nilai total pembiayaan kita. Hal ini tetap berlaku sekalipun kita menggunakan dana sendiri karena tetap ada resiko atas pengeluarannya dibandingkan jika diendapkan di bank.
Setelah itu baru kita hitung besaran pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN) yang harus kita bayar.
Biasanya klien tidak mau menanggung biaya PPh oleh karena itu hitung beban pajak ini pada setiap komponen.
Hal yang harus diperhatikan:
Jangan pernah menghitung secara akumulatif PPh dan PPN karena nilainya akan tidak sesuai dengan beban yang harus dibayarkan ke kantor pajak.
Hitung dulu PPh dengan memprosentasekan terhadap nilai bersih.
Jumlahkan beban PPh dengan nilai bersih.
Prosentasekan PPN terhadap nilai PPh+nilai bersih di atas.

Jadi selamat bekerja dan semoga sukses dapat kita raih..

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

Dalam penggambaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan
pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang
yang berkecimpung dalam pelaksanaan pembangunan.
Gambar konstruksi beton bertulang merupakan komponen dalam bangunan yang

tidak dapat dipisahkan dengan komponen lainnya karena merupakan salah satu
subsistem dalam bangunan. Dalam penggambaran kadang-kadang tidak sesuai
dengan keadaan lapangan. Untuk itu dalam penggambaran harus sesuai dengan
perencanaan, tetapi dalam pelaksanaan jangan sampai menyimpang terlalu jauh
karena dapat mengakibatkan fatal atau kegagalan dalam konstruksi.
Pada materi gambar konstruksi beton ini akan menjelaskan tentang simbol yang
dipakai, aturan, atau persyaratan dasar dalam konstruksi beton bertulang. Dengan

adanya materi ini diharapkan dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana

menggambar konstruksi beton yang benar tidak menyalahi aturan yang berlaku.
Dalam materi ini diawali dengan simbol-simbol, pembengkokan tulangan,
persyaratan konstruksi beton bertulang untuk pelat dan balok, penggambaran
konstruksi beton bertulang sesuai perhitungan konstruksi.

10.1 Simbol Konstruksi Beton Bertulang

Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang dapat jelas dalam
pembacaannya, maka perlu ada tanda atau simbol penunjang dalam
penggambaran sehingga siapapun penggunanya dapat menterjemahkan
gambar tersebut untuk diri sendiri maupun kepada orang lain. Ataupun
pengertian gambar antara satu dengan lainnya sama.

Simbol/Tanda-Tanda dan Keterangan dalam Konstruksi Beton
Bertulang
Tabel 10.1



10.2 Menggambar Denah Rencana Penulangan Pelat Lantai

Gambar 10.1
Denah Penulangan Pelat Luifel

Ditentukan :

– Pelat luifel (lihat gambar di atas)
– Luas tulangan yang diperlukan A = 5,35 cm2

Diminta:
– Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
– Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!
Gambar 10.2
Denah Penulangan Pelat Atap Satu Petak

Ditentukan:
– Pelat atap satu petak (lihat gambar di atas)
– Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat = A lb = 5,82 cm2
– Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat = A ll = 3,30 cm2
– Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat = A tb = 7,05 cm2
– Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat = A tl = 6,20 cm2

Diminta:
– Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
– Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!


Gambar 10.3
Denah Penulangan Pelat Lantai

Ditentukan:
– Pelat lantai satu petak (lihat gambar di atas)
– Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat = A lb = A lx = +6,82 cm2
– Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat = A ll = A ly = +4,74 cm2
– Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat = A tb = A tx = –8,16 cm2
– Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat = A tl = A ty = –5,89 cm2

Diminta:
– Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
– Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!

Catatan:
Tulangan pokok yang dipasang hanya boleh menggunakan besi tulangan
diameter 8 mm dan 10 mm.

Gambar 10.4
Penulangan Pelat Lantai Lebih dari Satu Petak

Ditentukan:

Pelat lantai lebih dari satu petak (lihat gambar di atas)
– Pelat (a) : A lx = +5,42 cm2
A ly = +2,42 cm2
A tx = –6,28 cm2
A ty = –3,59 cm2
– Pelat (b) : A lx = +2,82 cm2
A ly = +2,62 cm2
A tx = –3,52 cm2
A ty = –3,14 cm2
– Pelat (c) : A t = 5,82 cm2

Diminta:
– Gambarkanlah penulangan pelat lantai tersebut di atas dengan skala 1 : 50!
– Hitunglah kebutuhan baja/besi beton bertulang dan kubikasi beton!

10.3 Menggambar Detail Potongan Pelat Lantai

Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk pelat luifel, atap
dan lantai sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan perlu memahami
ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam konstruksi beton bertulang.

Jenis Tulangan

Tulangan-tulangan yang terdapat pada konstruksi pelat beton bertulang adalah:

1) Tulangan pokok
a. Tulangan pokok primer, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah lebar (sisi pendek) dan dipasang mendekati
sisi luar beton.
b. Tulangan pokok sekunder, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah panjang dan letaknya di bagian dalam setelah
tulangan pokok primer.

2) Tulangan susut ialah tulangan yang dipasang untuk melawan penyusutan/
pemuaian dan pemasangannya berhadapan dan tegak lurus dengan
tulangan pokok dengan jarak dari pusat ke pusat tulangan susut maksimal
40 cm.

3) Tulangan pembagi ialah tulangan yang dipasang pada pelat yang
mempunyai satu macam tulangan pokok, dan pemasangannya tegak lurus
dengan tulangan pokok. Besar tulangan pembagi 20% dari tulangan pokok
dan jarak pemasangan dari pusat ke pusat tulangan pembagi maksimum
25 cm atau tiap bentang 1 meter 4 batang.

Pemasangan tulangan pembagi biasanya terdapat pada konstruksi pelat
luifel/atap/lantai dan dinding. Tulangan pembagi berguna:

– Menahan tulangan pokok supaya tetap pada tempatnya
– Meratakan pembagian beban
– Mencegah penyusutan konstruksi
Pemasangan Tulangan

Ketentuan pada tulangan pokok pelat



gambar 10.5
tulangan Pokok Pelat

Keterangan:

T = Tebal pelat
t = Jarak bersih
pemasangan tulangan
�� = 2,5cm �� minimal
2,5 cm
�� = 2 T
�� = 20 cm
a = Selimut beton
a = 1,5 cm, bilamana berhubungan dengan air laut atau asam ditambah 1 cm

Apabila momen yang bekerja kecil, maka jarak tulangan pokok dari pusat ke
pusat maksimal 40 cm.
Untuk segala hal tulangan pelat tidak boleh kurang dari 0,25% dari luas
penampang beton (untuk keperluan tulangan pokok, pembagi, dan susut).

Tebal Pelat
Pelat atap = 7 cm �� minimal 7 cm
Pelat lantai = 12 cm �� minimal 12 cm

Diameter Tulangan Pelat
Baja lunak �� tulangan pokok = Ø 8 mm dan tulangan pembagi Ø 6 mm
Baja keras �� tulangan pokok = Ø 5 mm dan tulangan pembagi Ø 4mm
Pada pelat yang tebalnya lebih dari 25 cm, penulangan pada setiap tempat
harus dipasang rangkap (dobel) dan ini tidak berlaku pada pondasi telapak.

Dinding

Untuk konstruksi dinding, yang perlu mendapatkan perhatian adalah tebal dari
dinding vertikal (T) adalah:

�� T = 1/ 30 bentang bersih
�� Apabila menerima lenturan (M lentur) T = 12 cm �� minimal 12 cm
�� Apabila tidak menerima lentur T = 10 cm �� minimal 10 cm
�� Untuk dinding luar di bawah tanah tebalnya = 20 cm �� tebal minimal 20 cm
Penulangan dinding untuk reservoir air dan dinding bawah tanah:
�� Tebal dinding (T) 30 cm < T = 12 cm
�� Penulangan senantiasa dibuat rangkap
�� Penulangan dinding yang horizontal dan untuk memikul susut serat
perubahan suhu minimal 20% F beton yang ada

Contoh:

Tebal dinding 12 cm. Penulangan yang dibutuhkan setiap 1 m2 = 0,25 x 12 cm2
= 3 cm2
�� Diameter tulangan pokok minimal Ø 8 mm dan tulangan pembagi minimal
Ø 6 mm
�� Apabila terdapat lubang pada dinding, maka harus dipasang minimal 2 Ø
16 mm dan diteruskan paling sedikit 60 cm melalui sudut-sudut lubang

Gambar 10.6
Penulangan Dinding Reservoir Air dan Dinding Bawah Tanah

Sistem konstruksi pada tepi pelat:
�� Terletak bebas
�� Terjepit penuh
�� Terjepit elastis

Konstruksi Terletak Bebas
Apabila tepi pelat itu ditumpu di atas suatu tumpuan yang dapat berputar (tidak
dapat menerima momen), misalnya pelat tersebut terletak di atas dinding
tembok.
Gambar 10.7
Konstruksi Terletak Bebas

Konstruksi Terjepit Penuh
Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang tidak dapat berputar akibat
beban yang bekerja pada pelat tersebut, misalnya pelat tersebut menjadi satu
kesatuan monolit dengan balok penahannya.
Gambar 10.8
Konstruksi Terjepit Penuh

Konstruksi Terjepit Elastis
Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang merupakan kesatuan monolit
dengan balok pemikulnya yang relatif tidak terlalu kaku dan memungkinkan
pelat dapat berputar pada tumpuannya.

Pemasangan Tulangan

Pemasangan tulangan pelat yang dipasang pada empat sisi:
1) Pemasangan tulangan untuk memikul momen lapangan dalam arah yang
// dengan tepi pelat dapat dikurangi sampai setengahnya.
2) Setiap sudut pelat yang ditumpu bebas, harus dipasang tulangan atas
dan bawah dalam kedua arah. Ini akan berguna untuk menahan momenmomen
puntir.

Jumlah tulangan untuk kedua arah harus diambil sama dengan jumlah
tulangan yang terbesar, dan daerah pemasangannya = 1/5 bentang pelat.

Contoh:
Al = 2,96 cm2 �� Ø 8–17
Ab = 3,59 cm2 �� Ø 8–14

Maka tulangan disudut pelat tersebut, untuk atas dan bawah harus dipasang
dalam ke dua arah yaitu Ø 8–14.
Gambar 10.9
Pemasangan Tulangan pada Empat Sisi

3) Pada pelat-pelat, apabila l / b atau ly / lx > 2,5
a) Untuk pelat satu petak

�� Pada arah ly harus dipasang tulangan dengan besar momen
(M ly) = 1/5 Momen lx atau = 0,2 M lx
�� Pada tumpuan jarak ly juga harus dipasang tulangan dengan
besarnya Momen (M ty) = 0,6 M lx dan bagian yang dipasang
tulangan harus = 1/5 l x


Gambar 10.10
Pemasangan Tulangan untuk Pelat Satu Petak

Catatan:

l y = sisi pelat yang panjang
l x = sisi pelat yang pendek

b) Untuk pelat menerus (lebih sari satu petak)
dimana l y / l x > 2,5
Untuk pelat yang terjepit atau menerus dipasang tulangan tumpuan
negatif yaitu M ty = –0,3 M lx

Pelat terletak bebas, dipasang minimal 1/5 lx atau 0,2 lx dan pada sisi
pendek harus juga dipasang tulangan tumpuan positif sebesar (M ty)
M ty = + 0,3 M lx dan tulangan dipasang panjang minimal ½ lx

Gambar 10.11
Pemasangan Tulangan untuk Pelat Menerus

c) Untuk pelat yang dipikul hanya 2 sisi yang sejajar

�� Dianggap dengan perbandingan ly/lx > 2,5 dan hanya ada tulangan
pokok
�� M ly = Momen lapangan // lebar pelat
�� M tx = Momen tumpuan // lebar pelat

Memilih Besi Beton
Untuk menentukan atau memilih diameter tulangan pada konstruksi beton
bertulang setelah besaran atau luas tulangan hasil perhitungan didapatkan
untuk keperluan penggambaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
– Daftar konstruksi beton bertulang

i. Luas penampang tulangan besi beton dalam cm2 untuk setiap lebar
pelat 100 cm
ii. Garis tengah tulangan besi beton dalam mm, berat dalam kg/m dan
luas penampang baja bulat dalam cm2
iii. Garis tengah tulangan besi beton dalam mm, berat dalam kg/m, luas
penampang baja bulat dalam cm2 serta minimal lebar balok atau kolom
dalam cm dengan ketebalan penutup balok tertentu dan diameter
sengkang

– Ketentuan jarak minimal dan maksimal tulangan yang boleh dipasang
– Ketentuan jumlah minimal yang harus dipasang
– Ketentuan besarnya diameter minimal untuk suatu konstruksi
– Pilih diameter besi beton yang beredar dalam pasaran atau perdagangan

Memilih Besi Beton untuk Pelat

– Tulangan terdiri dari tulangan tumpuan dan lapangan.
– Teknik pemasangan ada yang lurus saja untuk kepraktisan dan kecepatan
dalam pemasangan. Tetapi ada pula yang pemasangannya dibengkokkan
pada ¼ bentang untuk daerah tumpuan dan lapangan, agar lebih hemat
karena sesuai dengan fungsinya. Dan dalam perhitungan atau memilih
tulangan lapangan dibagi 2 karena jalur pemasangan dibuat bergantian.

– Tulangan lapangan dipilih terlebih dahulu dengan melihat daftar apakah
luasnya sudah memenuhi sesuai dengan perhitungan, setelah itu baru
menetapkan jarak tulangan. Ingat, jangan lupa minimal dan maksimal jarak
tulangan serta minimal diameter tulangan yang boleh digunakan.

– Kekurangan luas pada tumpuan dicari lagi besarannya dalam daftar
sehingga luas tumpuan terpenuhi. Panjang tulangan tumpuan biasanya ¼
bentang pelat. Pada tulangan tumpuan perlu besi beton pengait atau
tulangan pembagi dengan diameter Ø 8–20

– Penulangan pelat atap pemasangannya sama dengan pelat lantai hanya
saja perlu tulangan susut dengan tulangan diameter 6 mm jarak 40 cm
(Ø 6–40). Pemasangan tulangan susut diharapkan tidak terjadi retak-retak
karena perubahan cuaca.

– Untuk pelat luifel terdiri dari tulangan pokok dan pembagi serta bilamana
perlu diberikan juga tulangan susut yang menyilang terletak di bawah
dengan diameter 6 mm jarak 40 cm (Ø 6–40).

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Luifel.


Gambar 10.12
Penulangan Pelat Luifel

Untuk pelat luifel sebuah bangunan kantor lihat gambar dibutuhkan tulangan
A = 5,31 cm2. Gambarlah rangkaian penulangan luifel tersebut dengan mutu
beton K 125 dan baja U22! Penyelesaian:
A = 5,31 cm2 �� dipilih Ø 10–14 = 5,61 cm2 > 5,31 cm2 �� (OK)
Tulangan pembagi = 20% x 5,61 = 1,12 cm2 �� dipilih Ø6–25 =
1,13 > 1,12 cm2 (OK)

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Lantai:


Gambar 10.13
Penulangan Pelat Lantai

Suatu pelat lantai satu petak dibutuhkan tulangan seluas : Alx = 3,37 cm2;
Aly = 2,37 cm ; Atx = 7,05 cm2 ; Aty = 5,00 cm2

Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K175 dan
baja : U22

Alx = 3,37 cm2 �� dipilih Ø 8–14,5 = 3,47 cm2 > 3,37 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,47/2 = 1,73 cm2 �� Ø 8– 29

Tulang tumpuan tambahan Atx = 7,05 – 1,73 = 5,32 cm2 �� dipilih Ø 10–14,5
= 5,42 cm2 > 5,32 cm2 �� (OK)

Jadi, jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 7,05 cm2
Tulangan pembagi yang dibutuhkan = 20% x 7,15 = 1,43 cm2 �� dipilih Ø 6–15
= 1,89 cm2 > 1,43 cm2 �� (OK)

Aly = 2,37 cm2 �� dipilih Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 2,37 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Aty = 2,51/2 = 1,25 cm2 �� Ø 8–40


Tulang tumpuan tambahan Atx = 5,00–1,25 = 3,75 cm2 �� dipilih Ø 10–20
= 3,93 cm2 > 3,75 cm2 �� (OK)
Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 5,00 cm2
Tulangan pembagi yang dibutuhkan = 20% x 5,18 = 1,04 cm2 �� dipilih Ø 6–14,5
= 1,95 cm2 > 1,04 cm2 �� (OK)
Tulangan susut tidak perlu dipasang karena selalu terlindung.
Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap



Gambar 10.14

Pelat atap
satu petak dibutuhkan tulangan seluas : Alx = 3,36 cm
2 ; Aly
= 1,89 cm ; Atx = 6,83 cm2 ; Aty = 4,63 cm2
Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K125 dan
baja : U24
Alx = 3,36 cm2 �� dipilih Ø 8–14,5 = 3,47 cm2 > 3,36 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,47/2 = 1,73 cm2 �� Ø 8–29
Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,83 – 1,73 = 5,10 cm2 �� dipilih Ø 10–14,5
= 5,42 cm2 > 5,10 cm2 �� (OK)

Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 6,83 cm2
Aly = 1,89 cm2 �� dipilih Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 1,89 cm2 �� (OK)

Masuk tumpuan Aty = 2,51/2 = 1,25 cm2 �� Ø 8–40
Tulang tumpuan tambahan Atx = 4,63 – 1,25 = 3,38 cm2 �� dipilih Ø 10–20
= 3,93 cm2 > 3,38 cm2 �� (OK)


Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 4,63 cm2 �� OK
Tulangan pembagi yang dibutuhkan untuk tumpuan Atx = 20% x 7,15
= 1,43 cm2 �� dipilih Ø 6–15 = 1,89 cm2 > 1,43 cm2
Untuk tumpuan Aty = 20 % x 5,18 = 1,04 cm2 �� Ø 6–14,5 = 1,95 cm2 > 1,04 cm2
Tulangan susut perlu dipasang karena pelat atap tidak terlindung dari
perubahan-perubahan.

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap dan Luifel


Gambar 10.15

Penulangan Pelat Atap dan Luifel

Sebuah rumah jaga dengan atap pelat datar dari beton bertulang.
Luas tulangan Alx = 3,66 cm2

Aly = 4,45 cm2
Atx = 9,00 cm2
Aty = 6,79 cm2
Luifel A = 5, 30 cm2
Untuk menjaga puntiran maka setiap sudut pelat dipasang tulangan dengan
luas = 5,30 cm2
Alx = 3,66 cm2 �� dipilih Ø 10–20 = 3,93 cm2 > 3,66 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,93/2 = 1,96 cm2 �� Ø 10–40
Tulang tumpuan tambahan Atx = 9,00 – 1,96 = 7,04 cm2 �� dipilih Ø 10–10
= 7,85 cm2 > 7,04 cm2 �� (OK)

Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,96 + 7,85 = 9,81 > 9,00 cm2
VW = 1/5 x 9,81 = 1,96 cm2 �� Ø 6–14 = 2,02 cm2 > 1,96 cm2 �� OK
Aly = 3,45 cm2 �� dipilih Ø 8–14 = 3,59 cm2 > 3,45 cm2 �� (OK)

Masuk tumpuan Aty = 3,59/2 = 1,79 cm2 �� Ø 8–28
Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,79 – 1,79 = 5,00 cm2 �� dipilih Ø 10–14
= 5,61 cm2 > 5,00 cm2 �� (OK)

Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,79 + 5,61
= 7,40 > 6,79 cm2 �� OK

VW = 1/5 x 7,40 = 1,48 cm2 �� Ø 6–15 = 1,89 cm2 > 1,48 cm2 �� OK
Luifel A = 5,30 cm2 �� Ø 10–10 // lx
Ø 10–14 // ly

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak




gambar 10.16

Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak

Pelat (a) Atx = 2.77 cm2 �� Ø 8–13 = 2,87 cm2 > 2,77 cm2
Aty = 2.90 cm2 �� Ø 8–17 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1.90 cm2 �� Ø 8–20 = 2,57 cm2 > 1,90 cm2
Aly = 1,66 cm2 �� Ø 8–20 = 2,57 cm2 > 1,66 cm2

Pelat (b) Atx = 4.16 cm2 �� Ø 8–12 = 4,19 cm2 > 4,16 cm2
Aty = 2.90 cm2 �� Ø 8–17 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1,90 cm2 �� Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 1,90 cm2
Ay = 1.66 cm2 �� Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 1,66 cm2

Pelat Luifel (c) : 3,25 cm2 �� Ø 8–12 = 3,87 cm2 > 3,28 cm2 // Atx
Ø 8–7 dan Ø 8–68 = 2,70 > 3,28 cm2 // Aty